Sejarah Red Bull Minuman Lokal Thailand Menjadi Penguasa Pasar Global

minuman kaleng redbull

Citra minuman berenergi sering identik dengan simbol bagi kaum pekerja keras, hal ini bukan tanpa alasan di Thailand rata rata konsumen minuman energi merupakan pekerja bangunan dan buruh pabrik yang harus tetap prima setiap saat.

Banyak brand minuman energi bersaing satu sama lain dengan menciptakan rasa dan sensasi berbeda. Bukan secara ajaib Red Bull sampai detik ini bisa bertahan di tengah persaingan pasif antara dua raksasa minuman coca-cola dan pepsi saat itu.

Pada dasarnya, Red Bull sebagai perusahaan minuman bisa berkembang dengan baik tak lepas dari peran Dietrich Mateschitz yang berusaha sekuat tenaga membangun brand global sampai sesukses sekarang.

Berdirinya Red Bull

Red Bull berasal dari minuman energi lokal Thailand bernama Krating Daeng, yang diciptakan oleh Chaleo Yoovidhya pada tahun 1976. Krating Daeng artinya banteng merah dalam bahasa Thailand dirancang untuk memberikan dorongan energi kepada pekerja keras.

Pada tahun 1984, Dietrich Mateschitz, seorang pengusaha Austria, menemukan Krating Daeng saat melakukan perjalanan bisnis ke Thailand.  Terkesan dengan kemampuan minuman ini untuk mengatasi jet lag yang dialaminya. 

Mateschitz melihat potensi besar untuk memasarkan minuman ini ke audiens global, terutama di pasar Barat yang saat itu belum memiliki minuman energi yang populer. 

Kemudian menjalin kemitraan dengan Chaleo Yoovidhya, dan pada tahun 1987, Red Bull resmi diluncurkan di Austria setelah formula minuman disesuaikan untuk pasar internasional, termasuk menambahkan karbonasi dan mengurangi kadar gula agar sesuai dengan selera konsumen Barat.

Pemasaran anti mainstream

Red Bull mengambil pendekatan pemasaran yang sangat berbeda dari kompetitornya. Alih-alih berfokus pada iklan televisi tradisional seperti Coca-Cola dan Pepsi, Red Bull memilih strategi pemasaran eksperimental yang belum pernah ada sebelumnya.

Di masa-masa awal peluncurannya, Red Bull menggunakan strategi grassroots marketing yang inovatif dengan menargetkan anak muda sebagai early adopters. Mereka mempekerjakan mahasiswa dan anak muda yang energik sebagai brand ambassador yang disebut Red Bull Student Brand Manager.

Para ambassador ini bertugas mendistribusikan sampel gratis Red Bull di kampus-kampus, klub malam, perpustakaan saat mahasiswa begadang belajar, dan tempat-tempat di mana anak muda berkumpul. Strategi ini sangat efektif karena rekomendasi dari peer group lebih dipercaya daripada iklan tradisional.

Red Bull juga fokus pada momen-momen spesifik dimana sering terlibat mensponsori anak muda bermain skateboard. Mereka memposisikan produknya bukan sebagai minuman biasa, tetapi sebagai pendukung lifestyle aktif anak muda yang sering dianggap urakan pada saat itu, ini yang membedakan Red Bull dengan brand lainnya.

Menciptakan branding kuat

Setelah berhasil membangun identitas brand yang sangat kuat melalui konsistensi visual dan messaging. Logo banteng merah yang sederhana namun mudah dikenali menjadi simbol yang powerful di seluruh dunia.

Brand positioning mereka sangat jelas, Red Bull sebagai minuman untuk orang-orang yang berani mengambil resiko dan mereka yang ingin melampaui batas kemampuan.

Kemasan kaleng slim berwarna biru perak yang mencolok membuat Red Bull mudah dibedakan dari kompetitor di rak-rak supermarket. Desain kemasan ini tetap konsisten di seluruh dunia, menciptakan brand recognition yang kuat.

Red Bull juga berhasil menciptakan komunitas loyal yang tidak hanya mengkonsumsi produk, tetapi juga menganut lifestyle yang dipromosikan brand ini. Mereka membangun budaya yang solid sesuai selera anak muda saat itu yang menyukai petualangan dan olahraga ekstrem.

Investasi dalam olahraga

Salah satu strategi paling brilian Red Bull adalah investasi besar besaran dalam dunia olahraga, khususnya olahraga ekstrem dan motorsport. Ini bukan sekadar sponsorship biasa, tetapi komitmen total untuk membangun ekosistem olahraga.

Red Bull memiliki tim Formula 1 sendiri yang telah menjadi salah satu tim tersukses dalam sejarah F1 modern. Mereka juga berinvestasi dalam olahraga ekstrem seperti wingsuit flying, base jumping, motocross, dan skateboarding.

Event spektakuler seperti Red Bull Stratos, Red Bull Air Race, dan Red Bull X-Fighters bukan hanya ajang olahraga tetapi juga content marketing yang luar biasa. Event ini ditonton jutaan orang di seluruh dunia dan menciptakan buzz yang tidak bisa dibeli dengan iklan tradisional.

Strategi ini memposisikan Red Bull sebagai enabler of human potential  brand yang membantu atlet mencapai prestasi yang tidak mungkin. Investasi dalam olahraga ini juga memberikan konten berkualitas tinggi untuk platform media mereka sendiri.